Rabu, 19 April 2017

Kamu ingin calon suami yang seperti apa?

Dulu cita-citaku sederhana, aku hanya ingin calon suami yang soleh. Tapi seiring bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman (pengalaman orang maksudnya), membuat aku kembali berpikir, memangnya soleh itu seperti apa? Sholat 5 waktunya gak  bolong-bolongkah? Suaranya merdu kalo ngajikah? Dermawankah? Suka ikut kajian sana-sinikah? Atau apa?

Bagiku, ternyata amalan-amalan itu saja ndak cukup. Tapi kita dan pasangan juga harus sefikrah atau se-idiologi (satu cara pandang). Tak bisa dipungkiri bahwa sekarang Islam itu banyak rupanya. Apalagi di Indonesia. Islamnya sih satu, Tuhannya Allah, nabinya Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, kitabnya juga sama Al-Qur'an, tapi entah kenapa ko cara pandang umat muslim jadi beda-beda?

Contoh kongkritnya aja pilkada DKI yang lagi in sekarang ini. Al-Qur'annya sama, tapi kenapa umat muslim di satu sisi membenci Ahok tapi di sisi lain justru membelanya? Belum lagi cara pandang mengenai bid'ah, boleh/tidaknya terlibat dalam demokrasi, dan masih banyak lagi. Padahal kita sama-sama umat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam yang sudah seharusnya menjadikan beliau sebagai suri tauladan (contoh) yang baik. Tapi pada kenyataannya, apa yang dilakukan banyak yang tidak sesuai/tidak dicontohkan beliau.

Nah loh, coba bayangkan kalau kita punya pasangan yang cara pandangnya berbeda? Kalo soal keduniawian sih tak apa, masih bisa ditoleransi, tapi kalo udah menyangkut soal syari'ah gimana? Perihal adaptasi dengan kebiasaan masing-masing aja banyak berantemnya, apalagi adaptasi soal syari'ah? Visi-misi hidup aja kayanya udah beda.

Bagiku, prinsip, cara pandang, dan visi-misi hidup itu adalah suatu hal yang sangat penting dan sangat sensitif. Jadi sebisa mungkin nyari itu yang solehnya sefikrah (satu ideologi). Tapi segala sesuatunya jangan lupa untuk ditawakalkan (diserahkan) kepada Allah. Karena bagaimanapun hanya Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar